Oleh: Dwi Aini Bestari

Siang itu, Ibu Suryati Ningsih, biasa disapa Ibu Ning (42 tahun), tengah bermain dengan tiga putrinya di teras rumahnya di Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Tak sendiri, Ia ditemani sang Ibu yang menyambut kami dengan hangat. “Neneknya ini yang sehari-hari membantu saya mengasuh anak-anak, karena suami saya bekerja di daerah lain”, ujar Ibu Ning.

Putri bungsu Ibu Ning, Afifatus atau Afif (3 tahun), merupakan salah satu dari 200 balita yang berpartisipasi dalam studi uji klinis pemberian RUTF (ready-to-use therapeutic foods) lokal pada balita gizi buruk. Studi ini didanai oleh Thrasher Research Fund dan merupakan kerja sama antara Savica, Colorado State University USA, serta Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Perancis (IRD) yang dilaksanakan pada Desember 2022 hingga Agustus 2023 di Kabupaten Jember. RUTF adalah makanan khusus yang telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan untuk anak dengan masalah gizi buruk berusia diatas 6 bulan melalui pengobatan rawat jalan.

Semangat Ibu Ning dalam memperjuangkan kesehatan Afif sudah dimulai sejak sangat dini. Sejak lahir, Ibu Ning rutin membawa Afif ke posyandu di sekitar tempat tinggalnya. Ketika Afif berusia lima bulan, kader posyandu memberitahu bahwa berat badan dan tinggi badan Afif hanya mengalami sedikit kenaikan. Saat itu, Ibu Ning belum memahami penyebab terhambatnya pertumbuhan sang putri, terutama kaitannya dengan asupan gizi. Ia dan suaminya justru mengira Afif terkena Sawan, sebuah mitos yang dipercayai masyarakat setempat di mana bayi diganggu oleh makhluk halus sehingga kondisi kesehatannya tidak baik. “Kami kira waktu itu sawan, jadi dibawa lah ke tukang pijat”, kisahnya. Namun, tidak banyak perubahan yang terjadi pada Afif setelah itu. Hingga usianya yang beranjak tiga tahun, Afif juga belum dapat berdiri dan berjalan seperti anak seusianya.

Saat pertama bertemu Savica pada Februari 2023, Ibu Ning setuju untuk berpartisipasi dalam studi. Baginya dan keluarga, kesehatan Afif adalah hal yang paling utama, “Karena saya mau anak saya sehat. Suami juga bilang, terus dikasih [RUTF-nya] supaya anaknya cepat sehat”. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, Afif mengalami gizi buruk (severe wasting). Wasting adalah kondisi di mana berat badan anak lebih rendah terhadap tinggi badannya.

“Karena saya mau anak saya sehat. Suami juga bilang, terus dikasih [RUTF-nya] supaya anaknya cepat sehat”

Meski beberapa masalah gizi (termasuk severe wasting) secara langsung terjadi karena kekurangan asupan gizi dan infeksi penyakit akut, ada banyak faktor yang juga menentukan kondisi gizi balita, seperti status imunisasi anak, anak tidak mendapat ASI eksklusif, kesulitan mengakses layanan kesehatan, keterbatasan ekonomi, dan lainnya (Unicef, 2020).
Pada kasus Ibu Ning, Ia telah memiliki kondisi anemia (kekurangan sel darah merah) sejak mengandung Afif. Setelah melahirkan, Ibu Ning juga tidak memberikan ASI eksklusif untuk putrinya. “Waktu itu ASI sedikit sekali, saya gak tahu gimana biar banyak. Kata bidan waktu itu dikasih susu [formula] saja”, kenangnya. Namun, kondisi ekonomi keluarga dan alergi susu yang diderita Afif membuat Ibu Ning hanya bisa memberikan air gula untuk Afif. Ketika Afif memasuki usia pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI), Ibu Ning jarang memberikan protein hewani sesuai dengan anjuran.

Setelah mengonsumsi RUTF selama 8 minggu, Ibu Ning melihat kemajuan dalam kondisi Afif. Berat badan Afif mengalami kenaikan dari sebelumnya 6,7 kilogram saat pengukuran awal, menjadi 7,7 kilogram di minggu kedelapan dan Afif terlihat berangsur ceria. Selama terlibat dalam studi, tim Savica rutin mengunjungi Afif dan keluarganya setiap minggu. Selain memantau kondisi dan pertumbuhan Afif; tim Savica juga membagikan informasi mengenai pemberian RUTF serta menjawab berbagai pertanyaan dan kendala yang dialami terkait kesehatan dan pola makan Afif.

Ibu Ning bersama sang putri, Afif Foto oleh: Bud Wichers

Saat kunjungan rutin ini, keluarga Afif juga mendapat penjelasan terkait prinsip-prinsip pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yang sesuai dengan panduan kesehatan. Tak hanya Ibu Afif yang belajar, namun sang Nenek juga ikut belajar dan mengubah kebiasaan mengenai PMBA. Jika sebelumnya Afif hanya minum air gula, kini Ibu Ning membiasakan Afif untuk minum air putih. Begitu juga dengan makanannya. Setelah berhenti mengonsumsi RUTF, Ibu Ning dan Nenek Afif berusaha memberikan makanan dengan gizi yang lebih imbang. “Saya diberi tahu untuk kasih sayur, lauk pauk, semua diganti-ganti, bisa ikan, telur. Kadang saya buat kentang dan wortel dihaluskan, diberi ikan tongkol. Macam-macam. Yang penting sedap, karena anak sudah kenal rasa”, ujar Nenek Afif.

“Saya diberi tahu untuk kasih sayur, lauk pauk, semua diganti-ganti, bisa ikan, telur. Kadang saya buat kentang dan wortel dihaluskan, diberi ikan tongkol. Macam-macam. Yang penting sedap, karena anak sudah kenal rasa”

Berkat partisipasinya dalam studi, Ibu Ning juga menjadi lebih termotivasi mengakses layanan kesehatan primer untuk memantau kondisi Afif dan mengikuti prosedur yang disarankan tenaga kesehatan. Ibu Ning sadar, jalan menuju kesehatan Afif bisa jadi penuh tantangan, misalnya penyakit lain yang perlu disembuhkan seperti diare berulang yang dapat menghambat proses pemulihan gizi. “Anak kurang sehat, ya karena kurang gizi juga. Karena itu, baru sehat, sakit lagi. Akhirnya nafsu makan hilang, berat turun lagi”, jelas Ibu Ning yang kini sedikit demi sedikit memahami penyebab dan risiko masalah gizi putrinya.

Afif bersama dua kayak kembarnya yang berjarak 2 tahun Foto oleh: Bud Wichers

Kini, di akhir keikutsertaannya dalam studi RUTF, keluarga Ibu Ning tengah melanjutkan perjalanan mereka dalam memperbaiki kondisi Afif. Meskipun dengan keterbatasan ekonomi yang dialami, sang Ibu dan keluarga tidak patah semangat memperjuangkan kesehatan Afif, si bungsu dari 4 bersaudara. Dengan dukungan Puskesmas, keluarga, dan para tetangga, Ibu Ning bertekad untuk terus mengupayakan yang terbaik demi Afif. “Untuk kesehatan anak, semua harus dukung. Tetangga pun dukung, kadang ikut kasih makanan yang Afif suka. Habis ini akan lanjut periksa ke dokter dan makan [sehatnya] dilanjutkan lagi”, ujar Ibu Ning sambil menatap mata wajah Afif dengan penuh harap.

“Untuk kesehatan anak, semua harus dukung. Tetangga pun dukung, kadang ikut kasih makanan yang Afif suka. Habis ini akan lanjut periksa ke dokter dan makan [sehatnya] dilanjutkan lagi”

Produk RUTF yang digunakan dalam studi ini dibuat oleh Pusat Ilmu dan Teknologi Pangan dan Pertanian Asia Tenggara/ Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST) bekerjasama dengan PT Javaindo dengan bahan baku yang diproduksi di Indonesia, di mana salah satu produknya diperkaya dengan biji padi


Referensi:

UNICEF. Conceptual Framework on the Determinants of Maternal and Child Nutrition, 2020. https://www.unicef.org/media/113291/file/UNICEF%20Conceptual%20Framework.pdf

UNICEF. Severe wasting: An overlooked child survival emergency. 2022. https://www.unicef.org/media/113291/file/UNICEF%20Conceptual%20Framework.pdf

UNICEF, Kementerian Kesehatan, Bappenas. Kajian Pentingnya Produksi Massal Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF) Lokal di Indonesia, 2023. https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/laporan/kajian-pentingnya-produksi-massal-ready-use-therapeutic-food-rutf-lokal-di-indonesia